MAKALAH
SEJARAH DAKWAH
Tentang
“SEJARAH DAKWAH TENTANG MASA KHALIFAH USMAN BIN AFFAN
DAN ALI BIN ABI THALIB”
Oleh:
Dosen Pembimbing
JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM (BPI)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1434 H/ 2013 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah bersusah payah mengajak umatnya dan menjadi tauladan dalam kehidupan
kita sehari hari.
Alhamdulillah makalah tentang “Sejarah Dakwah Tentang Masa Khalifah Usman
Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib” telah berhasil penulis selesaikan
tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua dan dapat menambah pengetahuan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang Penulis
susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis meminta
dan menerima arahan, masukan, serta kritikan yang konstruktif terhadap
kelengkapan makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah yang penulis buat
ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, kajian, serta masukan bagi
pihak terkait
Padang, 4 Juni 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah khalifah Abu Bakar As siddiq dan Umar bin Kattab
wafat, maka jabatan ke khalifahan disserahkan kepada khalifah Usman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib sesudah Usman Bin Affan.
Tentu untuk melanjutkan dan menyampaikan ajaran Islam harus
di laksanakan, tanpa seorang pemimipin suatu umat akan binasa.
Maka dari itu dalam makalah ini menjelaskan tentang bagaimana
cara atau keadaan Islam sesudah khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Pada
masa kedua khalifah ini banyak tantangan yang di hadapi untuk menegakkan ,
mempertahankan ajaran Islam dan memperluas wilayah Islam di luar
Saudi Arabia dari usaha orangorang yang menentatang Islam.
BAB II
DAKWAH PADA MASA UTSMAN DAN ALI BIN ABI THALIB
A. Usman Bin Affan
1. Biografi Usman Bin Affan
Nama lengkapnya adalah Usma bin
Affan bin Ash bin Umayyah bin a’bdi Syams bin Manaf. Ibunya bernama Arwa
binti Quraiz dari bani Abdi Syams. Beliau dilahirkan Thaif enam tahun setelah
tahun gajah. Beliau terkenal pemuda yang memiliki kecerdasan akal sangat
iffah (men jaga kehormatan diri) menjaga sillaturahim, taqwa, panjang shalat
tahajjudnya. Menangis saat mengenang negeri akhirat, tawaduk, mulia, dan
dermawan.
Beliau adalah pedagang dengan modal
sangat besar sebelum Islam, beliau banyak mengeluarakan hartanya untuk
kepentingan dakwah baik periode Makkah maupun periode Madinah. Usman adalah
orang yang sangat dekat dengan Rasulullah, beliau diberi gelar oleh Rasul Dzun
Nur’ain(mempunyai dua cahaya) Karena dia menikahi dua anak
Rasulullah yaitu Ruqaiyah dan Ummu Kaltsum. Beliau termasuk diantara sepuluh
para sahabat yang mendapat kabar gembira akan masuk syurga dan mati syahid.
Beliau meriwayatkan hadist sebanyak 146 hadist dari Rasulullah.
2. Pengangkatan dan Kebijakan Usman Bin
Affan
a)
Pengangkatan
Usman bin Affan
Sebelum
meninggal, Umar telah membentuk 3 calon pengantinya yaitu Usman, Ali dan Saad
bin Abi Waqqash dalam pertemuan dengan pertemuan secara pergantian Umar
berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat. Disamping
itu, Umar telah membentuk dewan Formatur yang bertugas memilih penggantinya
kelak yang berjumlah 6 orang yaitu Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Sa’ad
bin Abi Abi Waqqash, Abdul Rahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin
Ubaidillah.
Melalui proses yang panjang maka
terpilihlah Usman sebagai khalifah. Usman bin Affan menjabat sebagai
khalifah selama 12 tahun (24-36 H/644-656 M). dan masa kekhalifannya tersebut
termasuk yang paling lama apabila dibandingkan dengan khalifah lainnya. Pada
masa kekhalifannya langkah yang diambil Ustman adalah :
1. Perluasan wilayah
Pada masa
khalifah Usman, pertama kali dibentuk angkatan laut untuk menyerang daerah
kepulauan yang terletak di laut tengah. Pada masa Usman, dibangun kapal-kapal
perang sehingga dapat menaklukam beberapa pulau. Perluasan wilayah Islam telah
mencapai Asia dan Afrika, seperti daerah herat, Kabul, Ghazni, dan Asia
Tengah, juga Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari
Persia dan berhasil menumpaskan pemberontakan yang dilakukan orang Persia.
2. Sosial budaya
Membangun
bendungan besar untuk mencegah banjirdan mengatur pembagian air ke kota.
Membangun jalan, jembatan, Masjid, rumah penginapan para tamu dalam berbagai
bentuk, serta memperluas Masjid Nabi di Madinah
3. Mengganti para gubernur yang
banyak terdiri dari kalangan bani umayyah (keluarganya).
Pada masa
jabatan Umar, dalam 6 tahun pertama berjalan dengan baik. Namun, pada pertengan
kedua pemerintahan Usman retak dan ditimpa perpecahan ini disebabkan karena
kebijaksanaan Usman dalam mengganti para gubernur yang diangkat oleh Umar.
Penggantinya lebih banyak dari kalangan keluargabani Umayah (nepotisme).
Ada beberapa bukti yang menyatakan
bahwa kebijakan Usman dalam mengangkat para pejabat adalah secara nepotisme.
Diantaranya :
1. Khalifah Usman menggantikan
Sa’ad bin Abi Waqash dari jabatannya sebagai gubernur Kufah dan menggantikannya
dengan Walid bin Uqbah yaitu saudae se-ibu khalifah Usman.
2. Khalifah Usman mengganti Abu Musa
Al’Asy’ari dari jabatanya sebagai gubernur Basrah dan menggantikannya dengan
Abdullah bin Amir yaitu anak pamannya Usman.
3. Khalifah Usman mengganti Amru bin
‘Ash dari jabatannya sebagai gubernurMesir dan mengantinya dengan
Abdullah bin Sa’ad bin Abi sarah yaitu saudara sepersusuannya.
4. Khalifah Usman mengangkat Marwan bin
Hakam sebagai sekretaris Khalifah, ia adalah seorang tokoh bani Umayah yang
sangat fanatic terhadap keturunannya.
5. Khalifah Usman, sering membelanjakan
uang khas baitul al- Mal secara boros tanpa perhitungan untuk kepentingan
orang-orang dari golongan bani Umayah.
b)
Pedenewanan
dan penetapan Mushaf Usmani
Umat Islam
pada pemerintahan Usman, tinggal dalam wilayah yang luas dan terpencar-pencar.
Sehingga, penduduk masing-masing daerah tersebut membaca Ayat-ayat Al-Qur’an
menurut bacaan yang mereka pelajari dari tokoh-tokoh sahabat yang terkenal di
wilayah mereka.
·
Di
Syria, masyarakat membaca Al-Qur’an menurut bacaan Ubay bin Ka’ab
·
Di
kufah, penduduk membaca Al-Qur’an menurut bacaan Abdullah bin Mas’ud.
Persoalan timbul karena tidak jarang terdapat perbedaan
bacaan di antara mereka, bahkan perbedaan tersebut menimbulkan
perselisihan di kalangan umat manusia.
Untuk mengatasi persoalan tersebut
khalifah Usman membentuk sebuah tim yang bertugas utnuk menyalin dan membukukan
(kodifikasi) ayat-ayar Al-Qur’an kedalam satu mushaf resmi yang di ketuai oleh
Zaid bin Tsabit.
Mushaf tersebut di buat lima buah.
Empat buah dikirimkan ke wilayah Mekkah, Syiria, Kuffah, Bashrah dan satu
tinggal di Madinah. Mushaf hasil kerja dari tim kodifikasi Al-Qur’am pada
masa Khalifah Usman yang tinggal di Madinah disebut dengan mushaf Al-Imam
atau mushaf Usmani. Bahkan Al-Qur’an yang sampai kepada kita sekrang adalah
berpesoman pada mushaf al-Imam ini.
c)
Metode
Dakwah Usman bin affan
Adapun metode dakwah Us,man adalah :
1. Berdakwah dengang melaksanakan tugas
kekhalifahan yang di amanahkan secara maksimal.
2. Meneruskan dakwah para pendahulunya
yaitu Rasulullah, Abu bakar, dan Umar.
3. Berdakwah dalam bingkai Al-Qur’an
dan sunnah.
4. Megikuti tradisi baik yang sudah
ada.
5. Tidak mendahulukan hukuman dalam
mendidik rakyat.
6. Mengajak rakyat agar hidup zuhud.
Program kerja diatas
sesuai dengan pidato beliau di hadapan pubilk setelah beliau di bai’at
menjadi khlalifah yang ketiga.
B.
Ali
Bin Abi Thalib
- Biografi Ali Bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib lahir di Mekkah,
daerah Hijaz, Jazirah Arab pada tanggal 13 Rajab. Nama lengkap Ali bin Abi
Thalib adalah Ali Bin Abi Thalib bin Abdi al Mutthalib bin Hasyim bin Abdi
Manaf bin Qusay. Ali adalah anak paman Rasulullah Saw. Ibunya bernama Fatimah
bin Asad bin Hisyam. Beliau dilahirkan sebelum Nabi diutus dan masuk Islam
ketika berumur lima tahun
Ali dikenal sebagai orator, dan
sastrawan. Dalam masalah qadha beliau adalah pakarnya. Beliau memiliki keimanan
yang kuat, pemahaman Islam yan baik dan mempunyai kemampuan
untuk mempengaruhi khalayak, seperti masuknya kaum Hamadhan seluruh
nya. Beliau di jamin oleh Rasulullah menjamin bahwa Ali termasuk salah satu
sahabat yang di berberitakan masuk syurga dan beliu akan di puji keimanannya
oleh Allah. Beliu tumbuh di rumah Rasulullah dan tidur di kasur Rasulullah
dengan berselimut pada malam hijrah. Beliau tidak pernah abasen dalam
seluruh peperangan bersama Nabi kecuali , perang tabuk. Di perang Badar,
beliau membawa bendera kaum muslimin. Saat itu beliau berumur 20
tahun.
- Proses Pengangkatan
Ali bin Abi Thalib
Ali bin
Abi Thalib diangkat menjadi khalifah pada 23 Juni 656 M. Pengangkatan Ali bin
Abi Thalib bermula ketika terjadi permasalahan atau pemberontakan di Madinah
yang mengakibatkan terbunuhnya Usman bin Afan. Setelah Usman wafat para
pemberontak mendatangi para sahabat senior seperti Ali bin Abi Thalib, Thalhah,
Zubair, Saad bin Abi Waqqas dan Abdullah bin Umar bin Khattab agar menjadi
khalifah, namun mereka menolak. Akan tetapi para pemberontak maupun kaum
Anshar dan Muhajirin lebih mengiginkan Ali sebagai pengganti Usman.
Namun, Ali
menolak sebab ia menghendaki pengangkatannya melalui musyawarah dan persetujuan
sahabat-sahabat senior. Akan tetapi, setelah raknyat mengemukan umat
Islam perlu segera mempunyai pemimpin agar tidak terjadi kekacauan yang besar
akhirnya Ali bersedia menjadi khalifah.
- Kebijakan Ali bin Abi Thalib
a) Meredamkan situasi pemberontakan
dan menuntaskan kasus pembunuhan Usman bin Affan
b) Memecat kepala daerah yang di angkat
oleh Usman bin Affan, karena dia yakin pemberontakan- pemberontakan itu terjadi
karena keteledortan mereka. Diatara gubernur yang diganti adalah Ibnu Amir
(penguasa Basrah) diganti dengan Usman bin Hanif, Abdullah bin sa’ ad bin Abi
Sarah (Gubernur Mesir) diganti dengan Qays. Muawiyah juga diminta untuk
meletakkan jabatan namun ia menolakbahkan tidak mengakui kekhalifan Ali. Para
gubernur diangkat atau dipilih secara musyawarah yang disukai oleh
masyarakat .
c) Menarik kembali tanah-tanah yang
dihadiahkan Usman kepada raknyat dengan menyerahkan hasil pendapatannya
kepada Negara dan memakai kembali system distribusi pajak tahunan diantara
orang-orang Islam sebagaimana yang diterapkan pada masa khalifah Umar.
- Metode Dakwah Ali Bin Abi
Thalib
Metode yang digunakan oleh Ali dalam
berdakwah pada dasarnya hampir sama dengan metode yang digunakan oleh khalifah
sebelumnya yaitu Meneruskan dakwah para pendahulunya Rasulullah, Abu bakar,
Umar dan Usman. Metode yang digunakan tidak begitu menonjol karena
seiring banyak terjadinya pemberontakan di masa jabatannya.
- Akhir Masa Jabatan Ali bin Abi
Thalib
Pemerintahan Ali dapat dikatakan
pemerintahan yang tidak stabil karena banyaknya terjadi pemberontakan dari
sekelompok dari kaum muslimin sendiri. Pemberontakan pertama datang dari
Thallhah dan Zubair karena khalifah Ali tidak memenuhi tuntutan mereka
untuk menghukum pembunuh khalifah Usman yang diikuti oleh Siti Aisyah yang
berakhir dengan perang Jamal pada tahun 36 H yang berakibat Thalhah dan
Zubair mati terbunuh sedangkan Aisyah di kembalikan ke Madinah. Dan
puluhan ribu tentara Islam gugur saat itu.
Pemberontakan yang kedua datang dari
Muawiyah bin Abi Sufyan yang menolak meletakkan jabatannya yang berakhir dengan
perang Siffin yang terjadi di kota Shiffin pada tahun 37 H yang
hamper saja dimenangkan oleh khalifah Ali namun atas kecerdikan Muawiyah
yang di motori oleh panglima perangnya yaitu Amr Bin A’sh yang mengacungkan
Al-Qur’an dengan tombaknya yang berarti mereka mengajak berdamai dengan
menggunakan Al-Qur’an . Khalifah Ali sebenarnya mengetahui bahwa ha tersebut
adalah tipu muslihat, namun karena desakan dari pasukannya (para penghafal
Al-Qur’an) Ali menerima tawaran tersebut. Peristiwa ini berakhir dengan
arbitrasae / Tahkim yang mengakibatkan kelompok Ali terpecah menjadi dua
yaitu Syi’ah adalah pengikut setia Ali dan Khawarij adalah orang
yang menentang Ali sehingga mereka mengeluarkan beberapa statemen yang menuduh
orang-orang yang terlibat tahkim adalah Kafir.
Pemberontakan ini
mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Ali yaitu yang di bunuh oleh kelompok
Khwarij yang bernama Abdurrahman bin Mulljam al Khariji dengan menikamkan
pedang beracun pada Ali di Kufah pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 H / 661 M
dalam usia 58 tahun.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Masa Usman
bin Affan lebih maju dibandingkan masa Ali bin Abi Thalib, ini dilihat
dari kemajuan-kemajuam pada Usman dan situasi saat itu masih stabil. Salah
satunya yaitu pembukuan Mushaf Usmani yang bermanfaat sampai sekarang. Di zaman
Alibin Abi Thalib pergolakan politik sangat tisak stabil yang dibuktikan dengan
banyak pemberontakan-pemberontakan yang terjadi.dan Proses pengangktan antara
Ali dengan Usman pun jauh berbeda.
2.
Saran
Semoga,
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Dalam penulisan makalah ini,
penulis menyadari akan ketidak sempurnaannya makalah ini. Maka, penulis
sangat berterima kasih bila pembaca yang budiman mau memberikan kritik dan
sarannya demi kesempurnaan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu
Ilaihi, Harjani Hefni, hlm 99, Pengantar
Sejarah Dakwah
Dedi
Supriyadi, hlm 87-88, Sejarah Peradaban
Islam
Maitir
Harun, Firdaus, Hlm 63-64, Sejarah
Peradaban Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar